judul : Akhir Penyesalan
Karakter pemain
Dinda : Seorang anak yang memiliki sifat pemarah, egois, kurang menghargai dan
menghormati orang lain.
Ibu Aini : Seorang ibu yang sangat baik dan mencintai keluarganya hingga akhir hayat.
Ia rela mengorbankan kedua matanya untuk sang anak tercinta.
Mia : Adiknya Dinda. Mia sangat menghargai dan menghormati ibunya.
Ibu Anggi, Ibu Winda dan Ibu Ieka : Tetangganya Ibu Aini yang sangat baik dan sering
menolong tetapi mereka juga sering bergosip.
Chumma dan Pink : Teman-temannya Dinda. Mereka sangat baik dan tidak suka dengan
teman yang sering berbohong.
Dr. Ashley dan Suster : Orang yang selalu berusaha menyelamatkan nyawa banyak orang
termasuk ibu Aini.
Akhir Penyesalan
Kecelakaan delapan tahun silam menyebabkan tewasnya sang ayah dan juga merusak kornea sang anak. Karna cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap keluarganya sang ibu rela mengorbankan matanya buat sang adinda. Dan demi … ibu dan Mia pun merahasiakannya dari Dinda. Dan karna ketidaktahuan Dinda membuat ia merasa terasingkan sehingga memiki sifat yang kurang baik.
Di siang hari yang cerah ketika Dinda pulang ke rumahnya
Dinda : Tok.. tok.. tok.. Mia… Ibu… (karena tidak ada balasan, dia pun semakin keras mengetuk pintunya) Tok.. tok.. tok.. Ibuuuu!!! (kesal)
Ibu Aini : sreeett (suara pintu terbuka) uhuuk. Dinda, apakah itu kamu?
Dinda :lama banget sich di buka, pura-pura tidak dengar ya? Diluar panas banget lagi, minggir sana ! (tanpa memperdulikan ibunya, ia langsung masuk kedalam rumah)
Ibu Aini : Maaf nak, tadi ibu lagi shalat.
Mia : kakak pulang kok marah-marah sich? (membawa segelas air putih untuk
ibunya) Ibu, ini airnya..?
Dinda : emhhh,, aku haus..! (dengan cepat ia mengambil segelas air tersebut dan bergegas
menuju meja makan)
Mia : kak, itu air ibu? (heran dengan sikap Dinda)
Dinda : makan apa siang ini? (tanpa peduli perkataan adiknya, ia langsung membuka tudung nasi) whats?? Tempe? (nada marah) apa ini? Aku tidak mau, aku ingin daging!
Ibu Aini: tempe kan proteinnya sama dengan daging nak?
Dinda : beda rasanya la bu,, aku minta uang!
Ibu Aini: ya sudah, ini ada uang nak. (mengambil selembaran uang dari kantongnya)
Dinda : sini..! (secara cepat ia mengambil semua uang ibunya)
Ibu Aini: jangan semua nak, itu buat makan nanti.
Dinda : alahh,, aku lapar bu,, (tanpa peduli, ia mendorong ibunya hingga jatuh dan pergi
meninggalkan ibu dan adiknya)
Mia : kakak jangan..!
Ibu Aini: sudah, kita bisa cari lagi nak. (ibu dan mia pun bersedih melihat tingkah
laku kakaknya)
(Setibanya diluar, Dinda pun bertemu dengan tetangga-tetangganya yang sedang duduk membersihkan sayur mayur)
Ibu Ieka: liat, itu kan Dinda. Tadi saya lewat depan rumahnya sedang bertengkar sama ibunya
Ibu Anggi: ampun, dasar anak durhaka.
Dinda : kalian ngomongin aku ya? Asal saja kalau bicara! Aargh (menjatuhkan semua sayur
tetangganya karna kesal) Dasar, ibu-ibu penggosip! (pergi meninggalkan mereka)
Ibu Winda : kau ini, anak sialan!(melempar sebagian sayur hingga mengenai badan Dinda )
Dinda : Aduh, dasar ibu-ibu penggosip(melempar kembali sayur yang tadi mengenainya dan
pergi meninggalkan mereka)
Keesokan harinya, sepulang sekolah.
Pink : aduh, bosan sepulang sekolah, bagaimana kalau kita ke mall saja. Mmm, o ia kan ortu
Dinda ada buka butik. Kita ke sana aja yuk?
Chumma : mmhmm,, ia. Sekalian aku mau belanja. Hehe (tertawa)
Dinda :aduh, ortu aku lagi ke luar kota. Lain kali saja ya? (mencari-cari alasan)
Pink : bagaimana ia? Ya sudah, lain kali saja kita belanja di butiknya Dinda.
Chumma: oke la kalau begitu. (mereka pun pulang ke rumah masing-masing)
Sore harinya saat Chumma dan Pink sedang jalan-jalan sore
Pink : loh, cewek itu kan Dinda ? ngapain dia di situ? (heran)
Chumma : kita hampiri yuk? (mereka pun pergi menghampiri Dinda yang sedang duduk di
halaman rumanya)
Pink : Dinda?? (heran)
Dinda : kalian kenapa ada di sini ? (terkejut)
Chumma : kamu yang ngapain di sini! Jangan-jangan ini rumah kamu ya?
Dinda : bukan, anuu, begini lo?? (bingung)
Pink: atau?? Emang ia ya? Ini rumah kamu . tidak aku sangka , teman yang ngaku ortunya
kerja di butik ternyata tinggal di rumah yang kumuh seperti ini? Dasar pembohong!
Dinda : anuu??? Bukan begitu maksud aku!
(tidak lama kemudian mereka di kejutkan oleh kedatangan Ibu Aini )
Ibu Aini : uhuk.. Dinda anakku, ada apa ini? (heran karna ada keributan)
Chumma : anak! siapa wanita ini ? ibu kamu? Oh no!
Dinda : ia, bukan, anuu??? (tidak tahu mau ngomong apa?)
Pink : sudah jelas kalau selama ini kamu bohongin kami, sudah cukup semuanya sampai di
sini. Kami tidak ingin punya kawan pembohong seperti kamu!.Ayo kita pergi Chuma!
(mereka pergi meninggalkan Dinda dan Ibunya)
Dinda : ini semua salah Ibu! (marah)
Ibu Aini: kenapa anakku ? uhuk.. (bingung, tidak tahu apa masalahnya)
Dinda : anak? (marah) Kalau tahu begini, Aku tidak mau jadi anak Ibu, aku bosan dengan ini
semua. Kenapa aku harus lahir di keluarga ini! Kenapa aku harus miskin, tidak kaya
seperti yang lainnya. ( Dinda langsung pergi meninggalkan iIbunya)
Ibu Aini: apa yang kamu ucapkan, istigfar nak? (mencoba mencari keberadaan Dinda)
Ketika sedang mencari keberadaan Dinda, ternyata dari kejauhan sebuah motor melintas dan terjadilah kecelakaan) DUBRAAKKK !!! (Ibu Aini pun jatuh pingsan dan para tetangga dan teman-teman Dinda yang melihatnya pun langsung menolongnya sedangkan penabraknya lari ntah kemana. Ibu Winda yang berada di tempat kejadian langsung memanggil Mia di rumahnya. Dan mereka pun langsung membawa Ibu Aini ke rumah sakit terdekat.
(Untuk memudahkan dalam proses pemeriksaan di rumah sakit, suster menyuruh mereka menunggu di luar ruang UGD)
Di lain sisi, ketika Dinda pulang kerumahnya.
Dinda : Ibu? Aku minta uang. Mana sich orang? (karna tidak ada jawaban, ia pun
menggeledah lemari untuk mencari uang dan tak sengaja telihatlah olehnya
selembaran kertas). Ini, kertas persetujujan donor mata ? siapa yang donor mata ? loh,
kok ada nama aku dan ibu? ( di kertas persetujujan menerangkan bahwa Ibu Aini
telah mendonorkan matanya kepada Dinda. Dinda pun bersedih karna ia baru tahu).
Kring..kring,,, (telpon dari Mia)
Dinda : halo ?
Mia : kak, ibu kecelakaan. Sekarang ada di Rumah Sakit Melati.
Dinda : apa? Kakak segera kesana. (terkejut dan langsung pergi ke rumah sakit)
Ruang UGD
Dinda : Ibu? Bangun ! maafkan Dinda, Dinda tidak tahu kalau mata yang selama ini aku
pergunakan adalah mata ibu. Bu, aku menyesal.
Mia : kakak! (menolak badan Dinda )Ini semua salah kakak. Kakak boleh pukul aku tapi
jangan buat ibu jadi begini.
Dinda : Mia, kamu kenapa tidak menceritakan semua ini dari awal ?
Mia : itu amanah ibu, walaupun aku nggak cerita, seharusnya kakak juga tidak
memperlakukan ibu seperti itu.
Tiba-tiba kondisi ibu menjadi kritis dan mereka pun memanggil Dr. Ashley. Suster menyuruh mereka untuk keluar dari ruang UGD. Setelah diperiksa ternyata Ibu Aini telah meninggal dunia. Dr. Ashley dan suster pun dengan bersedih hati mengatakan kenyataan bahwa ibu Aini telah meninggal dunia kepada anggota keluarganya. Dinda, Mia, teman-teman dan juga para tetangganya sangat terkejut. Mereka menangis hiteris sedangkan Dinda dengan sangat terkejut dan tidak bisa menerima kenyataan akhirnya kehilangan akal sehat.
***Selesai ***
• Hargai dan hormatilah seseorang termasuk orangtua kita, selama mereka masih ada di sisi kita dan hingga akhir hayatnya.
• Jagalah perlakuan dan tingkah laku kita karna penyesalan hanya akan datang di akhir.
• Berbaktilah kepada orang tua, karna pengorbanan setiap orang tua kepada anaknya melebihi apapun, baik itu berbentuk lahir maupun batin.
• Pilih-pilihlah teman yang dapat membuatmu menjadi jauh lebih baik.
Karakter pemain
Dinda : Seorang anak yang memiliki sifat pemarah, egois, kurang menghargai dan
menghormati orang lain.
Ibu Aini : Seorang ibu yang sangat baik dan mencintai keluarganya hingga akhir hayat.
Ia rela mengorbankan kedua matanya untuk sang anak tercinta.
Mia : Adiknya Dinda. Mia sangat menghargai dan menghormati ibunya.
Ibu Anggi, Ibu Winda dan Ibu Ieka : Tetangganya Ibu Aini yang sangat baik dan sering
menolong tetapi mereka juga sering bergosip.
Chumma dan Pink : Teman-temannya Dinda. Mereka sangat baik dan tidak suka dengan
teman yang sering berbohong.
Dr. Ashley dan Suster : Orang yang selalu berusaha menyelamatkan nyawa banyak orang
termasuk ibu Aini.
Akhir Penyesalan
Kecelakaan delapan tahun silam menyebabkan tewasnya sang ayah dan juga merusak kornea sang anak. Karna cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap keluarganya sang ibu rela mengorbankan matanya buat sang adinda. Dan demi … ibu dan Mia pun merahasiakannya dari Dinda. Dan karna ketidaktahuan Dinda membuat ia merasa terasingkan sehingga memiki sifat yang kurang baik.
Di siang hari yang cerah ketika Dinda pulang ke rumahnya
Dinda : Tok.. tok.. tok.. Mia… Ibu… (karena tidak ada balasan, dia pun semakin keras mengetuk pintunya) Tok.. tok.. tok.. Ibuuuu!!! (kesal)
Ibu Aini : sreeett (suara pintu terbuka) uhuuk. Dinda, apakah itu kamu?
Dinda :lama banget sich di buka, pura-pura tidak dengar ya? Diluar panas banget lagi, minggir sana ! (tanpa memperdulikan ibunya, ia langsung masuk kedalam rumah)
Ibu Aini : Maaf nak, tadi ibu lagi shalat.
Mia : kakak pulang kok marah-marah sich? (membawa segelas air putih untuk
ibunya) Ibu, ini airnya..?
Dinda : emhhh,, aku haus..! (dengan cepat ia mengambil segelas air tersebut dan bergegas
menuju meja makan)
Mia : kak, itu air ibu? (heran dengan sikap Dinda)
Dinda : makan apa siang ini? (tanpa peduli perkataan adiknya, ia langsung membuka tudung nasi) whats?? Tempe? (nada marah) apa ini? Aku tidak mau, aku ingin daging!
Ibu Aini: tempe kan proteinnya sama dengan daging nak?
Dinda : beda rasanya la bu,, aku minta uang!
Ibu Aini: ya sudah, ini ada uang nak. (mengambil selembaran uang dari kantongnya)
Dinda : sini..! (secara cepat ia mengambil semua uang ibunya)
Ibu Aini: jangan semua nak, itu buat makan nanti.
Dinda : alahh,, aku lapar bu,, (tanpa peduli, ia mendorong ibunya hingga jatuh dan pergi
meninggalkan ibu dan adiknya)
Mia : kakak jangan..!
Ibu Aini: sudah, kita bisa cari lagi nak. (ibu dan mia pun bersedih melihat tingkah
laku kakaknya)
(Setibanya diluar, Dinda pun bertemu dengan tetangga-tetangganya yang sedang duduk membersihkan sayur mayur)
Ibu Ieka: liat, itu kan Dinda. Tadi saya lewat depan rumahnya sedang bertengkar sama ibunya
Ibu Anggi: ampun, dasar anak durhaka.
Dinda : kalian ngomongin aku ya? Asal saja kalau bicara! Aargh (menjatuhkan semua sayur
tetangganya karna kesal) Dasar, ibu-ibu penggosip! (pergi meninggalkan mereka)
Ibu Winda : kau ini, anak sialan!(melempar sebagian sayur hingga mengenai badan Dinda )
Dinda : Aduh, dasar ibu-ibu penggosip(melempar kembali sayur yang tadi mengenainya dan
pergi meninggalkan mereka)
Keesokan harinya, sepulang sekolah.
Pink : aduh, bosan sepulang sekolah, bagaimana kalau kita ke mall saja. Mmm, o ia kan ortu
Dinda ada buka butik. Kita ke sana aja yuk?
Chumma : mmhmm,, ia. Sekalian aku mau belanja. Hehe (tertawa)
Dinda :aduh, ortu aku lagi ke luar kota. Lain kali saja ya? (mencari-cari alasan)
Pink : bagaimana ia? Ya sudah, lain kali saja kita belanja di butiknya Dinda.
Chumma: oke la kalau begitu. (mereka pun pulang ke rumah masing-masing)
Sore harinya saat Chumma dan Pink sedang jalan-jalan sore
Pink : loh, cewek itu kan Dinda ? ngapain dia di situ? (heran)
Chumma : kita hampiri yuk? (mereka pun pergi menghampiri Dinda yang sedang duduk di
halaman rumanya)
Pink : Dinda?? (heran)
Dinda : kalian kenapa ada di sini ? (terkejut)
Chumma : kamu yang ngapain di sini! Jangan-jangan ini rumah kamu ya?
Dinda : bukan, anuu, begini lo?? (bingung)
Pink: atau?? Emang ia ya? Ini rumah kamu . tidak aku sangka , teman yang ngaku ortunya
kerja di butik ternyata tinggal di rumah yang kumuh seperti ini? Dasar pembohong!
Dinda : anuu??? Bukan begitu maksud aku!
(tidak lama kemudian mereka di kejutkan oleh kedatangan Ibu Aini )
Ibu Aini : uhuk.. Dinda anakku, ada apa ini? (heran karna ada keributan)
Chumma : anak! siapa wanita ini ? ibu kamu? Oh no!
Dinda : ia, bukan, anuu??? (tidak tahu mau ngomong apa?)
Pink : sudah jelas kalau selama ini kamu bohongin kami, sudah cukup semuanya sampai di
sini. Kami tidak ingin punya kawan pembohong seperti kamu!.Ayo kita pergi Chuma!
(mereka pergi meninggalkan Dinda dan Ibunya)
Dinda : ini semua salah Ibu! (marah)
Ibu Aini: kenapa anakku ? uhuk.. (bingung, tidak tahu apa masalahnya)
Dinda : anak? (marah) Kalau tahu begini, Aku tidak mau jadi anak Ibu, aku bosan dengan ini
semua. Kenapa aku harus lahir di keluarga ini! Kenapa aku harus miskin, tidak kaya
seperti yang lainnya. ( Dinda langsung pergi meninggalkan iIbunya)
Ibu Aini: apa yang kamu ucapkan, istigfar nak? (mencoba mencari keberadaan Dinda)
Ketika sedang mencari keberadaan Dinda, ternyata dari kejauhan sebuah motor melintas dan terjadilah kecelakaan) DUBRAAKKK !!! (Ibu Aini pun jatuh pingsan dan para tetangga dan teman-teman Dinda yang melihatnya pun langsung menolongnya sedangkan penabraknya lari ntah kemana. Ibu Winda yang berada di tempat kejadian langsung memanggil Mia di rumahnya. Dan mereka pun langsung membawa Ibu Aini ke rumah sakit terdekat.
(Untuk memudahkan dalam proses pemeriksaan di rumah sakit, suster menyuruh mereka menunggu di luar ruang UGD)
Di lain sisi, ketika Dinda pulang kerumahnya.
Dinda : Ibu? Aku minta uang. Mana sich orang? (karna tidak ada jawaban, ia pun
menggeledah lemari untuk mencari uang dan tak sengaja telihatlah olehnya
selembaran kertas). Ini, kertas persetujujan donor mata ? siapa yang donor mata ? loh,
kok ada nama aku dan ibu? ( di kertas persetujujan menerangkan bahwa Ibu Aini
telah mendonorkan matanya kepada Dinda. Dinda pun bersedih karna ia baru tahu).
Kring..kring,,, (telpon dari Mia)
Dinda : halo ?
Mia : kak, ibu kecelakaan. Sekarang ada di Rumah Sakit Melati.
Dinda : apa? Kakak segera kesana. (terkejut dan langsung pergi ke rumah sakit)
Ruang UGD
Dinda : Ibu? Bangun ! maafkan Dinda, Dinda tidak tahu kalau mata yang selama ini aku
pergunakan adalah mata ibu. Bu, aku menyesal.
Mia : kakak! (menolak badan Dinda )Ini semua salah kakak. Kakak boleh pukul aku tapi
jangan buat ibu jadi begini.
Dinda : Mia, kamu kenapa tidak menceritakan semua ini dari awal ?
Mia : itu amanah ibu, walaupun aku nggak cerita, seharusnya kakak juga tidak
memperlakukan ibu seperti itu.
Tiba-tiba kondisi ibu menjadi kritis dan mereka pun memanggil Dr. Ashley. Suster menyuruh mereka untuk keluar dari ruang UGD. Setelah diperiksa ternyata Ibu Aini telah meninggal dunia. Dr. Ashley dan suster pun dengan bersedih hati mengatakan kenyataan bahwa ibu Aini telah meninggal dunia kepada anggota keluarganya. Dinda, Mia, teman-teman dan juga para tetangganya sangat terkejut. Mereka menangis hiteris sedangkan Dinda dengan sangat terkejut dan tidak bisa menerima kenyataan akhirnya kehilangan akal sehat.
***Selesai ***
• Hargai dan hormatilah seseorang termasuk orangtua kita, selama mereka masih ada di sisi kita dan hingga akhir hayatnya.
• Jagalah perlakuan dan tingkah laku kita karna penyesalan hanya akan datang di akhir.
• Berbaktilah kepada orang tua, karna pengorbanan setiap orang tua kepada anaknya melebihi apapun, baik itu berbentuk lahir maupun batin.
• Pilih-pilihlah teman yang dapat membuatmu menjadi jauh lebih baik.
2 comments:
dramatis bangeet..^_^
haha,, thanks ia,,
Post a Comment